LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Kebakaan” disusun oleh :
nama :
Sirajuddin Jalil
NIM :
1312041003
kelas :
Pendidikan Fisika
kelompok : V
telah diperiksa dengan teliti oleh asisten/koordinator
asisten dan dinyatakan diterima.
Makassar, Januari
2014
Koordinator Asisten Asisten
Adi Putra Rahman Nurun
Nahri
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
St.
Saenab, S.Pd, M.Pd
NIP. 19810302200912 2 003
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Biologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan sains yang mempelajari
materi dan energi yang berhubungan dengan makhluk hidup dan proses-proses
kehidupan. Makhluk hidup terutama manusia memiliki sifat baka. Pada manusia ditemukan adanya cacat dan penyakit
yang menurun, ini berarti cacat dan penyakit yang menurun tersebut dapat
diwariskan dari orangtua atau parental
pada keturunannya. Cacat dan penyakit menurun pada manusia ada yang bergantung
pada jenis kelamin dan ada pula yang tidak bergantung pada jenis kelamin. Yang
bergantung pada jenis kelamin berarti gen menurun tersebut terletak kromosom
seks, sedangkan yang tidak bergantung pada jenis kelamin dapat berarti gen-gen
terletak pada autosom.
Faktor
keturunan pada setiap individu terdapat secara berpasangan dalam bentuk unik.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat dalam kejadian penurunan sifat
seperti lesung pipi, dagu berlesung, bulu pada jari tangan, lidah yang dapat
menggulung, serta ujung daun telinga yang menggantung. Karena adanya perbedaan
sifat-sifat dan penurunan gen terhadap keturunannya, maka timbullah berbagai
macam pendapat tentang kejadian tersebut. Dari sinilah muncul Hukum Mendel yang
berhubungan dengan penurunan sifat suatu makhluk hidup. Hukum Mendel ini
dikemukakan oleh Gregor Johan Mendel.
Ilmu pengetahuan modern tentang genetika
berawal dari penemuan Gregor Johan Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan
yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari generasi ke generasi
berikutnya, yang disebut unit genetik
atau gen.
Sebelum Mendel
melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri (Pisum sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya
kehidupan berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke
generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh
Mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk membuktikan
pemikiran mereka belum ada.
Dari kejadian
ini, maka kita sebagai mahasiswa juga ingin mengetahui bagaimana cara
menganalisa mengenai masalah ini. Oleh karena itu, dengan melakukan percobaan
ini maka kita akan tahu bagaimana penurunan sifat-sifat kebakaan yang berbeda
dari masing-masing individu, sehingga dapat mengambil kesimpulan dari analisis.
B. Tujuan praktikum
Membuktikan perbandingan genotif dan fenotif dari
Hukum Mendel dan dasar genotif beberapa sifat baka pada manusia.
C. Manfaat praktikum
Mahasiswa
dapat membuktikan Hukum I mendel melalui analisis beberapa sifat baka serta
untuk menganalisis gen yang resesif dan gen yang dominan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pisum sativum yang merupakan subjek yang mudah untuk penelitian
genetika, tidak demikian halnya manusia, masa generasi manusia adalah 20 tahun dan orangtua manusia akan menghasilkan
relatif lebih sedikit keturunan daripada kacang ercis dan sebagian besar
spesies lainnya. Terlebih lagi percobaan pengembangbiakan yang direncanakan
dengan baik seperti yang dilakukan Mendel mustahil dilakukan terhadap manusia.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, studi tentang genetika manusia terus
berlangsung didorong oleh keinginan untuk memahami penurunan sifat yang terjadi
pada diri kita sendiri. Teknk-teknik baru dalam biologi molekuler telah
menghasilkan terobosan- terobosan penemuan baru, tetapi dasar-dasar Mendelisme
tetap bertahan sebagai ponadasi genetika manusia (Campbell, 2002).
Penurunan sifat mendelian dengan
menjelajahi dominansi taksempurna dan variasi lainnya dalam hubungan dominansi
atau keresesifan, alel berganda, pleiotropi, penurinan sifat poligenik dan
pengaruh lingkungan terhadap fenotipe. Bagaiman kita menggabungkan
penyempurnaan-penyempurnaan ini menjadi sebuah teori yang komprehensif mengenai
genetika mendelian? Kuncinya adalah membuat transisi dari penekanan reduksionis
gen tunggal dan karakter fenotipik ke
ide tentang sebagai satu kesatuan yang utuh (Campbell, 2002).
Kita mengetahui bahwa semua individu
semua individu dalam keluarga yang tidak mempunyai widow’s peak adalah homozigot resesif, jadi kita dapat mengisi
genotifnya dalam silsilah (ww). Kita
juga mengetahui bahwa kakek-nenek yang
kedua-duanya juga memiliki widow’s peak
adalah heterozigot (Ww); seandainya
mereka homozigot dominan maka keturunannya mungkin akan mempunyai widow’s peak. Keturunan pada generasi
kedua pada kenyataanya mempunyai widow’s peak juga harus heterozigot, sebab
mereka adalah produk dari perkawinan Ww
× ww (Campbell, 2002).
Hukum Mendel kedua menyatakan bahwa, setiap ahli dari sepasang alel boleh
bergabung secara acak dengan satu alel mana saja dari pasangan gen yang lain
ketika berlangsung pembelahan reduksi (meoisis) pada waktu pembentukan
gamet-gamet. Jadi, segregasi pasangan gen tersebut tidak saling
ketergantungan dengan pemisahan gen lainnya. Dalam salah satu percobaanya,
Mendel menyilangkan varietas biji bulat dengan biji keriput. Generasi parentalnya
disebut generasi P, serbuk sari dari benang sari varietas biji bulat dan
diserbuki oleh putik varietas biji keriput. Silang berlawanan dilakukan serbuk
sari, benang sari varietas biji keriput dioleskan pada puti varietas biji
bulat. Dalam kasus ini dihasilkan oleh bunga yang diserbuk silang ini bulat-
bulat tidak ada biji yang berbentuk pertengahan (Kimball, 1994).
Terdapat satu pelajaran penting lainnya
mengenai pengertian dominasi. Karena sebuah alel untuk suatu karakter dominan,
tidak berarti bahwa alel tersebut lebih banyak ditemukan dalam populasi
daripada alel resesif untuk karakter tertentu. Contohnya, kurang lebih satu
dari 400 bayi di AS lahir sebagai polidaktili. Alel untuk polidaktili adalah
alel dominan terhadap alel untuk lima jari tangan atau kaki anggota badan.
Dengan kata lain, 399 dari setiap 400 adalah homozigot resesif untuk karakter
ini; alel resesif tersebut lebih sering ditemukan dibandingkan alel dominan
populasi (Campbell, 2005).
Ketidakmampuan untuk memanipulasi pola
perkawinan manusia menyebabkan ahli genetika harus menganalisis hasil dari
perkawinan yang telah terjadi. Sebanyak mungkin informasi dikumpulkan mengenai
sejarah suatu keluarga untuk suatu sifat tertentu, dan informasi ini disusun
menjadi sebuah pohon keluarga yang menggambarkan hubungan timbal balik antara
orang tua dan anak dari generasi ke generasi- silsilah dari keluarga tersebut
(Campbell, 2005).
Mendel
menduga ada suatu materi pembawa sifat (misalnya sifat warna bunga,
bentuk biji dan sebagainya) yang dapat diwariskan dari generasi satu
ke generasi berikutnya, sebagai suatu unit dan tidak ada peleburan diantara
unit-unit tersebut dalam proses fertilisasi. Dari kenyataan ini kemudian Mendel
menganggap adanya suatu “factor” (factor ini kemudian disebut sebagai gen dalam
istilah genetika) yang bertanggung jawab terhadap munculnya suatu sifat. Pada
generasi F1, salah satu factor tersebut tersembunyi dan ditutupi pengaruhnya
oleh factor lain yang menjadi lawan pasangannya, sehingga yang nampak hanya
salah satu sifat saja. Hal demikian inilah yang kemudian disebut sebagai
peristiwa dominansi, dan factor yang menutupi factor pasangannya disebut
sebagai bersifat dominant, sedang pasangannya disebut sebagai bersifat resesif
(Campbell, 2002).
Dalam
pewarisan sifat, terdapat prinsip yang harus diketahui yaitu: (1) gen yang
berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol huruf, (2) gen yang
bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital dan gen yang bersifat resesif
dinyatakan dengan huruf kecil. Misalnya gen yang menentukan sifat batang yang
pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi dapat diartikan bahwa batang tinggi
dominan terhadap batang pendek, dan sebaliknya batang pendek resesif terhadap
batang tinggi (Tim Penyusun, 2013).
Analisis silsilah merupakan penelusuran sebuah sifat yang
disebut widow’s peak selama tiga generasi dalam sebuah keluarga. Misal saja,
pada generasi ketiga anak perempuan kedua yang lahir tidak mempunyai widow’s
peak, walaupun kedua orang tuanya mempunyainya. Pola penurunan sifat seperti
ini mendukung hipotesis bahwa sifat tersebut disebabkan oleh alel dominan. Jika
sifat tersebut disebabkan oleh alel resesif, dan kedua orang tuanya mempunyai
fenotif resesif, maka semua keturunannya juga akan mempunyai fenotif resesif.
Sifat resesif misalnya pada cuping telinga menempel. Anak perempuan pertama
yang lahir pada generasi ketiga mempunyai cuping telinga menempel, walaupun
kedua orang orang tuanya tidak mempunyai sifat tersebut, dimana orangtuanya
memiliki cuping telinga bebas. Pola tersebut mudah dijelaskan apabila fenotif
cuping telinga menempel ini disebabkan oleh alel resesif (Campbell, 2002).
Menurut Fried (2003) Tahun 1990,
seorang ahli statistika bernama Karl Pearson mengembangkan sebuah teknik, yaitu
analisis chi-kuadrat (X2), untuk
menentukan tingkat kecocokan (goodness of
fit) dari serangkaian data tertentu dengan sebuah hipotesis. Contohnya,
jika dilakukan persilangan antara tanaman kacang ercis tinggi yang heterozigot
dengan tanaman kacang pendek yang homozigot, hipotesisi kita adalah akan
diperoleh keturunan dengan rasio tanaman tinggi terhadap pendek 1: 1, ada 2
interprestasi yang mungkin tentang penyimpangan dari rasio 1: 1 tersebut :
1. Penyimpangan itu disebabkan oleh kebetulan saja dan tidak
cukup untuk membuat kita curiga bahwa membuat kita curiga bahwa variasi itu
berbeda secara signifikan dari rasio 1: 1.
2. Perbedaan- perbedaan yang ada terlalu besar (nilai chi-
kuadrat tinggi) sehingga sangat kecil kemungkinannya bahwa penyebabnya adalah
fluktuasi yang kebetulan. Jika terjadi adalah demikian, maka hipotesis nol akan
ditolak, dan rasio yang diperoleh tidak akan dianggap sebagai distribusi 1: 1.
Analisis silsilah menjadi permasaalahan
yang lebih serius ketika alel yang bersangkutan menyebabkan penyakit herediter
yang menimbulkan cacat atau kematian dan bukan variasi manusia yang tidak
berbahaya akan tetapi kelainan yang diwarisi sebagai sifat mendelin yang
sederhana. Dimana Ribuan kelainan genetik diketahui diwarisi sebagai sifat
resesif yang mempunyai tingkat keparahn yang berbeda-beda dari sifat yang
relatif tidak berbahaya (Campbell, 2002).
\
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan tempat
Hari,
tanggal : Sabtu,
11 Januari 2014
Pukul : 16.00 –
17.15 WITA
Tempat : Green
House Biologi FMIPA UNM
B.
Alat
dan bahan
Daftar
fenotif
Daftar
fenotif sifat baka manusia yang dikontrol oleh 1 gen dengan 2 alel dan
masing-masing alel menghasilkan fenotif yang jelas
1. Lesung
dagu merupakan sifat dominan (D)
2. Ujung
daun telinga menggantung bebas merupakan sifat dominan (E)
3. Orang
meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ibu jari tangan kiri saat menjalinkan
jari-jari tangan merupakan sifat dominan (F)
4. Orang
yang memiliki ruas jari kelingking paling ujung menyerong ke arah dalam
merupakan sifat dominan (B)
5. Rambut
dahi menjorok merupakan sifat dominan (W)
6. Tumbuhnya
rambut pada kedua ruas dari jari tangan merupakan sifat dominan (M)
7. Lesung
pipi merupakn sifat dominan (P)
8. Orang
yang dapat menggulung lidahnya memanjang merupakan sifat dominan (L)
9. Orang
yang mempunyai gigi seri atas bercelah merupakan sifat dominan (G).
C.
Prosedur
kerja
1. Memeriksa
fenotif dari setiap sifat baka yang ada pada daftar fenotif pada diri sendiri dengan
bantuan teman kelompok, kemudian mencatatnya dalam table hasil pengamatan.
2. Bila
mempunyai fenotif yang dominan maka menulis kemungkinan genotifnya contonya XX
/ Xx atau YY / Yx.
3. Secara
bergantian melihat fenotif dari setiap sifat baka teman yang tadi.
4. Mencatat
data dari teman kelompok serta teman kelas.
5. Menghitung
persentase data gen dominan dan resesif.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1.Data sifat baka pribadi
No.
|
Sifat Baka (Fenotif)
|
Genotif
|
1
|
Ada lesung dagu (D) tidak ada (d)
|
DD / Dd
|
2
|
Anak daun telinga menggantung (E)
menempel (e)
|
EE / Ee
|
3
|
Ibu jari tangan kiri di atas (F) di
bawah (f)
|
FF / Ff
|
4
|
Ruas jari kelingking terujung
menyerong ke dalam (B) tidak menyerong (b)
|
BB / Bb
|
5
|
Rambut dahi menjorok (W) tidak
menjorok (w)
|
WW / Ww
|
6
|
Rambut pada jari (M) tidak ada rambut
(m)
|
MM / Mm
|
7
|
Lesung pipi (P) tidak ada (p)
|
pp
|
8
|
Lidah dapat digulung memanjang (L)
tidak dapat digulung (l)
|
LL/Ll
|
9
|
Gigi seri atas bercelah (G) gigi seri
atas tidak bercelah
|
gg
|
Tabel 2. Data sifat baka kelompok
No.
|
Sifat Baka (Fenotif)
|
Genotif
|
Jumlah
|
1
|
Ada lesung dagu (D)
tidak ada (d)
|
DD / Dd
|
3
|
dd
|
4
|
||
2
|
Anak daun teinga
menggantung (E) menempel (e)
|
EE / Ee
|
6
|
dd
|
1
|
||
3
|
Ibu jari tangan kiri
di atas (F) di bawah (f)
|
FF / Ff
|
6
|
ff
|
1
|
||
4
|
Ruas jari kelingking
terujung menyerong ke dalam (B) tidak menyerong (b)
|
BB / Bb
|
5
|
bb
|
2
|
||
5
|
Rambut dahi menjorok
(W) tidak menjorok (w)
|
WW / Ww
|
1
|
ww
|
6
|
||
6
|
Rambut pada jari (M)
tidak ada rambut (m)
|
MM / Mm
|
7
|
mm
|
0
|
||
7
|
Lesung pipi (P) tidak
ada (p)
|
PP / Pp
|
5
|
pp
|
2
|
||
8
|
Lidah dapat digulung
memanjang (L) tidak dapat digulung (l)
|
LL/Ll
|
4
|
pp
|
3
|
||
9
|
Gigi seri atas
bercelah (G) gigi seri atas tidak bercelah
|
GG / Gg
|
5
|
gg
|
2
|
Tabel 3. Data sifat baka satu kelas
No.
|
Sifat Baka (Fenotif)
|
Genotif
|
Jumlah
|
1
|
Ada lesung dagu (D)
tidak ada (d)
|
DD / Dd
|
5
|
dd
|
42
|
||
2
|
Anak daun teinga
menggantung (E) menempel (e)
|
EE / Ee
|
27
|
dd
|
20
|
||
3
|
Ibu jari tangan kiri
di atas (F) di bawah (f)
|
FF / Ff
|
32
|
ff
|
15
|
||
4
|
Ruas jari kelingking
terujung menyerong ke dalam (B) tidak menyerong (b)
|
BB / Bb
|
32
|
bb
|
15
|
||
5
|
Rambut dahi menjorok
(W) tidak menjorok (w)
|
WW / Ww
|
6
|
ww
|
41
|
||
6
|
Rambut pada jari (M)
tidak ada rambut (m)
|
MM / Mm
|
46
|
mm
|
1
|
||
7
|
Lesung pipi (P) tidak
ada (p)
|
PP / Pp
|
14
|
pp
|
33
|
||
8
|
Lidah dapat digulung memanjang
(L) tidak dapat digulung (l)
|
LL/Ll
|
24
|
pp
|
23
|
||
9
|
Gigi seri atas
bercelah (G) gigi seri atas tidak bercelah
|
GG / Gg
|
8
|
gg
|
39
|
B. Analisis Data
1. Data
pribadi
2. Data
kelompok
a.
Lesung dagu
b.
Anak daun telinga
c.
Ibu jari tangan
d.
Ruas jari kelingking
e.
Rambut dahi
f.
Rambut pada jari
g.
Lesung pipi
h.
Lidah menggulung
i.
Celah gigi seri atas
Frekuensi gen kelompok
3. Data
satu kelas
a.
Lesung dagu
b.
Anak daun telinga
c.
Ibu jari tangan
d.
Ruas jari kelingking
e.
Rambut dahi
f.
Rambut pada jari
g.
Lesung pipi
h.
Lidah menggulung
i.
Celah gigi seri atas
Frekuensi
gen kelas
C.
Pembahasan
1. Sifat
baka diri sendiri
Berdasarkan hasil
pengamatan untuk 9 sifat baka terdapat 7
gen yang dominan dan 2 gen yang resesif. Gen yang dominan yaitu lesung dagu,
anak daun telinga yang menggantung, ibu jari tagan kiri diastase, ruas jari
kelingking terujung menyerong ke dalam, rambut dahi yang menjorok, rambut pada
jari, dan lidah dapat menggulung memanjang. Sedangkan fenotif yang resesif
yaitu lesung pipi (pp) dan gigi seri atas yang tidak bercelah (gg).
2. Sifat
anggota kelompok dan kelas
Berdasarkan hasil
pengamatan dan analisis data, dapat dibuatkan tabel untuk membandingkan data
kelompok dan data kelas. Berikut adalah tabelnya:
Tabel
4.
Perbandingan alel dominan dan alel resesif
No.
|
Sifat Baka
|
Alel
dominan : Resesif
|
|
kelompok
|
kelas
|
||
1
|
Ada lesung dagu
|
1 : 1,33
|
1
: 8,4
|
2
|
Anak daun telinga menggantung
|
6 : 1
|
1,35
: 1
|
3
|
Ibu jari tangan kiri diatas
|
6 : 1
|
2,13
: 1
|
4
|
Ruas jari kelingking menyerong ke
dalam
|
2,5 : 1
|
2,13
: 1
|
5
|
Rambut dahi menjorok
|
1 : 6
|
1
: 6,8
|
6
|
Rambut pada jari
|
1 : 0
|
46
: 1
|
7
|
Lesung pipi
|
2,5 : 1
|
1
: 2,36
|
8
|
Lidah dapat digulung memanjang
|
1,33 : 1
|
1,04
: 1
|
9
|
Gigi seri atas bercelah
|
2,5 : 1
|
1
: 4,87
|
Perbandingan
keseluruhan
|
2 : 1
|
1
: 1,18
|
Berdasarkan analisis
data untuk kelompok kami, terlihat bahwa perbandingan antara alel dominan dan
alel resesif secara keseluruhan adalah 2 : 1. Namun jika ditinjau dari sifat
baka satu persatu maka ada beberapa perbandingan yang tidak sama, ini
disebabkan karena jumlah anggota kelompok yang hanya sedikit. Sehingga untuk
menentukan perbandingan ini kita tidak boleh menggunakan hanya 1 sifat baka
tetapi beberapa sifat baka seperti yang telah dilakukan oleh Mendel.
Hasil ini pun sama
dengan perkiraan Mendel, karena Mendel melalui eksperimennya menghasilkan ada 3
alel yaitu XX, Xx dan xx. Jadi terlihat bahwa pembawa gen dominan ada 2
sedangkan yang satu hanya resesif. Ini berbeda jika hasil dari anggota kelompo
lain yang dilihat karena perbandingannya yaitu 1 : 1,18. Hasil ini mengejutkan
karena yang dominan kalah oleh gen pembawa reseisf, hasil eksperimen kelas yang
salah ini disebabkan oleh kelompok lain yang salah dalam melihat sifat baka
yang sulit terlihat terutama pada lesung dagu, rambut dahi yang menjorok dan
lesung pipi. Kesalahan ini disebabkan pula karena alel dominan heterozigot ini
tidak agak samar. Namun yang terpenting kesalahan kelas ini kami tidak
mengetahuinya karena kami tidak melakukan pengamatan secara terpisah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan
antara genotif tidak dapat dilakukan karena kita tidak mengetahui alel dominan
yang heterozigot jadi kami hanya membandingkan antara fenotifnya. Hasil
perbandingan antara fenotif yang dominan dan resesif yaitu 2:1, hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh
Mendel. Oleh mendel yang selanjutnya melihat perbandingan genotifnya yaitu
1:2:1.Genotif manusia yang dominan homozigot maupun heterozigot akan terlihat
sebagai sifat baka yang dominan dan alel yang resesif terlihat sebagai sifat
baka yang resesif juga. Namun jika data kelompok juga diikutkan maka hasilnya
tidak sesuai perbandingannya yaitu 1 :1,18 ini disebabkan karena kesalahan dari
kelompok lain. Namun yang terpenting juga,
tidak semua alel dominan adalah yang terbanyak dalam suatu populasi. Ada
beberapa sifat dominan yang kurang dalam populasi manusia. Inilah yang disebut
penyimpangan semu Hukum Mendel.
B. Saran
1. Untuk
Praktikan, agar lebih teliti dalam melakukan eksperimen. Selain itu,
memperhatikan asisten menjelaskan sifat baka sehingga data yang diambil adalah
benar, ini terlihat dari data kelas yang salah.
2. Untuk
Asisten, agar memperhatikan kinerja praktikan saat membimbing, terutama asisten
dari kelompok lain karena data dari praktikannya yang kurang tepat.
3. Untuk
Laboran dan penyusun penuntun biologi dasar agar memperbaiki prosedur kerja
percobaan ini. Lebih baik setiap satu sifat baka diperiksa oleh satu orang
asisten sehingga data yang diambil akurat, bukan setiap kelompok mengambil data
sendir-sendiri karena adanya perbedaan melihat sifat baka terutama sifat baka
yang tersembunyi.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2005. Biologi.
Erlangga: Jakarta.
Campbell, Neil A. 2002. Biologi.
Erlangga: Jakarta.
Fried, George H. 2003. BiologiI.
Erlangga: Jakarta.
Kimball,
John W. 1983. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Tim
Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum
Biologi Dasar. Laboratorium Biologi FMIPA UNM. Makassar.
LAMPIRAN
Pertanyaan
dan jawaban
1. Berapa frekuensi gen dominan dan resesif dalam kelas
Anda?
Jawab: Perbandingan gen dominan dan resesif dalam
satu kelas yaitu 1:1,18 atau 45,87% dan 54,13%. Untuk satu kelompok yaitu
66,66% berbanding 33,34% atau 2:1.
No comments:
Post a Comment