Pages

Friday, 6 May 2016

LAPORAN BIOLOGI DASAR KEBAKAAN (PEWARISAN SIFAT)


LEMBAR PENGESAHAN
       Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Kebakaandisusun oleh :
       nama                     : Sirajuddin Jalil
       NIM                     : 1312041003
       kelas                     : Pendidikan Fisika
       kelompok             : V
telah diperiksa dengan teliti oleh asisten/koordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar,    Januari 2014

       Koordinator Asisten                                              Asisten


Adi Putra Rahman                                       Nurun Nahri
         NIM. 091414021                                                     NIM.


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab


St. Saenab, S.Pd, M.Pd
NIP. 19810302200912 2 003







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Biologi adalah bagian dari ilmu pengetahuan sains yang mempelajari materi dan energi yang berhubungan dengan makhluk hidup dan proses-proses kehidupan. Makhluk hidup terutama manusia memiliki sifat baka. Pada manusia ditemukan adanya cacat dan penyakit yang menurun, ini berarti cacat dan penyakit yang menurun tersebut dapat diwariskan dari orangtua  atau parental pada keturunannya. Cacat dan penyakit menurun pada manusia ada yang bergantung pada jenis kelamin dan ada pula yang tidak bergantung pada jenis kelamin. Yang bergantung pada jenis kelamin berarti gen menurun tersebut terletak kromosom seks, sedangkan yang tidak bergantung pada jenis kelamin dapat berarti gen-gen terletak  pada autosom.
Faktor keturunan pada setiap individu terdapat secara berpasangan dalam bentuk unik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat dalam kejadian penurunan sifat seperti lesung pipi, dagu berlesung, bulu pada jari tangan, lidah yang dapat menggulung, serta ujung daun telinga yang menggantung. Karena adanya perbedaan sifat-sifat dan penurunan gen terhadap keturunannya, maka timbullah berbagai macam pendapat tentang kejadian tersebut. Dari sinilah muncul Hukum Mendel yang berhubungan dengan penurunan sifat suatu makhluk hidup. Hukum Mendel ini dikemukakan oleh Gregor Johan Mendel.
  Ilmu pengetahuan modern tentang genetika berawal dari penemuan Gregor Johan Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, yang disebut unit  genetik atau gen.
Sebelum Mendel melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri (Pisum sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh Mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk membuktikan pemikiran mereka belum ada.
Dari kejadian ini, maka kita sebagai mahasiswa juga ingin mengetahui bagaimana cara menganalisa mengenai masalah ini. Oleh karena itu, dengan melakukan percobaan ini maka kita akan tahu bagaimana penurunan sifat-sifat kebakaan yang berbeda dari masing-masing individu, sehingga dapat mengambil kesimpulan dari analisis.
B.     Tujuan praktikum
Membuktikan perbandingan genotif dan fenotif dari Hukum Mendel dan dasar genotif beberapa sifat baka pada manusia.
C.    Manfaat praktikum
Mahasiswa dapat membuktikan Hukum I mendel melalui analisis beberapa sifat baka serta untuk menganalisis gen yang resesif dan gen yang dominan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pisum sativum yang merupakan subjek yang mudah untuk penelitian genetika, tidak demikian halnya manusia, masa generasi manusia adalah 20  tahun dan orangtua manusia akan menghasilkan relatif lebih sedikit keturunan daripada kacang ercis dan sebagian besar spesies lainnya. Terlebih lagi percobaan pengembangbiakan yang direncanakan dengan baik seperti yang dilakukan Mendel mustahil dilakukan terhadap manusia. Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, studi tentang genetika manusia terus berlangsung didorong oleh keinginan untuk memahami penurunan sifat yang terjadi pada diri kita sendiri. Teknk-teknik baru dalam biologi molekuler telah menghasilkan terobosan- terobosan penemuan baru, tetapi dasar-dasar Mendelisme tetap bertahan sebagai ponadasi genetika manusia (Campbell, 2002).
Penurunan sifat mendelian dengan menjelajahi dominansi taksempurna dan variasi lainnya dalam hubungan dominansi atau keresesifan, alel berganda, pleiotropi, penurinan sifat poligenik dan pengaruh lingkungan terhadap fenotipe. Bagaiman kita menggabungkan penyempurnaan-penyempurnaan ini menjadi sebuah teori yang komprehensif mengenai genetika mendelian? Kuncinya adalah membuat transisi dari penekanan reduksionis gen tunggal dan karakter fenotipik  ke ide tentang sebagai satu kesatuan yang utuh (Campbell, 2002).
Kita mengetahui bahwa semua individu semua individu dalam keluarga yang tidak mempunyai widow’s peak adalah homozigot resesif, jadi kita dapat mengisi genotifnya dalam silsilah (ww). Kita juga mengetahui bahwa kakek-nenek  yang kedua-duanya juga memiliki widow’s peak adalah heterozigot (Ww); seandainya mereka homozigot dominan maka keturunannya mungkin akan mempunyai widow’s peak. Keturunan pada generasi kedua pada kenyataanya mempunyai widow’s peak juga harus heterozigot, sebab mereka adalah produk dari perkawinan Ww × ww                 (Campbell, 2002).
Hukum Mendel kedua menyatakan bahwa, setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung secara acak dengan satu alel mana saja dari pasangan gen yang lain ketika berlangsung pembelahan reduksi (meoisis) pada waktu pembentukan gamet-gamet.  Jadi, segregasi pasangan gen tersebut tidak saling ketergantungan dengan pemisahan gen lainnya. Dalam salah satu percobaanya, Mendel menyilangkan varietas biji bulat dengan biji keriput. Generasi parentalnya disebut generasi P, serbuk sari dari benang sari varietas biji bulat dan diserbuki oleh putik varietas biji keriput. Silang berlawanan dilakukan serbuk sari, benang sari varietas biji keriput dioleskan pada puti varietas biji bulat. Dalam kasus ini dihasilkan oleh bunga yang diserbuk silang ini bulat- bulat tidak ada biji yang berbentuk pertengahan (Kimball, 1994).
Terdapat satu pelajaran penting lainnya mengenai pengertian dominasi. Karena sebuah alel untuk suatu karakter dominan, tidak berarti bahwa alel tersebut lebih banyak ditemukan dalam populasi daripada alel resesif untuk karakter tertentu. Contohnya, kurang lebih satu dari 400 bayi di AS lahir sebagai polidaktili. Alel untuk polidaktili adalah alel dominan terhadap alel untuk lima jari tangan atau kaki anggota badan. Dengan kata lain, 399 dari setiap 400 adalah homozigot resesif untuk karakter ini; alel resesif tersebut lebih sering ditemukan dibandingkan alel dominan populasi (Campbell, 2005).
Ketidakmampuan untuk memanipulasi pola perkawinan manusia menyebabkan ahli genetika harus menganalisis hasil dari perkawinan yang telah terjadi. Sebanyak mungkin informasi dikumpulkan mengenai sejarah suatu keluarga untuk suatu sifat tertentu, dan informasi ini disusun menjadi sebuah pohon keluarga yang menggambarkan hubungan timbal balik antara orang tua dan anak dari generasi ke generasi- silsilah dari keluarga tersebut (Campbell, 2005).
            Mendel menduga ada suatu materi pembawa sifat  (misalnya sifat warna bunga, bentuk biji dan sebagainya) yang dapat diwariskan  dari generasi satu ke generasi berikutnya, sebagai suatu unit dan tidak ada peleburan diantara unit-unit tersebut dalam proses fertilisasi. Dari kenyataan ini kemudian Mendel menganggap adanya suatu “factor” (factor ini kemudian disebut sebagai gen dalam istilah genetika) yang bertanggung jawab terhadap munculnya suatu sifat. Pada generasi F1, salah satu factor tersebut tersembunyi dan ditutupi pengaruhnya oleh factor lain yang menjadi lawan pasangannya, sehingga yang nampak hanya salah satu sifat saja. Hal demikian inilah yang kemudian disebut sebagai peristiwa dominansi, dan factor yang menutupi factor pasangannya disebut sebagai bersifat dominant, sedang pasangannya disebut sebagai bersifat resesif (Campbell, 2002).
Dalam pewarisan sifat, terdapat prinsip yang harus diketahui yaitu: (1) gen yang berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol huruf, (2) gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital dan gen yang bersifat resesif dinyatakan dengan huruf kecil. Misalnya gen yang menentukan sifat batang yang pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi dapat diartikan bahwa batang tinggi dominan terhadap batang pendek, dan sebaliknya batang pendek resesif terhadap batang tinggi (Tim Penyusun, 2013).
Analisis silsilah merupakan penelusuran sebuah sifat yang disebut widow’s peak selama tiga generasi dalam sebuah keluarga. Misal saja, pada generasi ketiga anak perempuan kedua yang lahir tidak mempunyai widow’s peak, walaupun kedua orang tuanya mempunyainya. Pola penurunan sifat seperti ini mendukung hipotesis bahwa sifat tersebut disebabkan oleh alel dominan. Jika sifat tersebut disebabkan oleh alel resesif, dan kedua orang tuanya mempunyai fenotif resesif, maka semua keturunannya juga akan mempunyai fenotif resesif. Sifat resesif misalnya pada cuping telinga menempel. Anak perempuan pertama yang lahir pada generasi ketiga mempunyai cuping telinga menempel, walaupun kedua orang orang tuanya tidak mempunyai sifat tersebut, dimana orangtuanya memiliki cuping telinga bebas. Pola tersebut mudah dijelaskan apabila fenotif cuping telinga menempel ini disebabkan oleh alel resesif (Campbell, 2002).
Menurut Fried (2003) Tahun 1990, seorang ahli statistika bernama Karl Pearson mengembangkan sebuah teknik, yaitu analisis chi-kuadrat (X2), untuk menentukan tingkat kecocokan (goodness of fit) dari serangkaian data tertentu dengan sebuah hipotesis. Contohnya, jika dilakukan persilangan antara tanaman kacang ercis tinggi yang heterozigot dengan tanaman kacang pendek yang homozigot, hipotesisi kita adalah akan diperoleh keturunan dengan rasio tanaman tinggi terhadap pendek 1: 1, ada 2 interprestasi yang mungkin tentang penyimpangan dari rasio 1: 1 tersebut :
1.      Penyimpangan itu disebabkan oleh kebetulan saja dan tidak cukup untuk membuat kita curiga bahwa membuat kita curiga bahwa variasi itu berbeda secara signifikan dari rasio 1: 1.
2.      Perbedaan- perbedaan yang ada terlalu besar (nilai chi- kuadrat tinggi) sehingga sangat kecil kemungkinannya bahwa penyebabnya adalah fluktuasi yang kebetulan. Jika terjadi adalah demikian, maka hipotesis nol akan ditolak, dan rasio yang diperoleh tidak akan dianggap sebagai distribusi 1: 1.
       Analisis silsilah menjadi permasaalahan yang lebih serius ketika alel yang bersangkutan menyebabkan penyakit herediter yang menimbulkan cacat atau kematian dan bukan variasi manusia yang tidak berbahaya akan tetapi kelainan yang diwarisi sebagai sifat mendelin yang sederhana. Dimana Ribuan kelainan genetik diketahui diwarisi sebagai sifat resesif yang mempunyai tingkat keparahn yang berbeda-beda dari sifat yang relatif tidak berbahaya (Campbell, 2002).

 \
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan tempat
Hari, tanggal                         : Sabtu, 11 Januari 2014
Pukul                                     : 16.00 – 17.15 WITA
Tempat                                   : Green House Biologi FMIPA UNM
B.     Alat dan bahan
Daftar fenotif
Daftar fenotif sifat baka manusia yang dikontrol oleh 1 gen dengan 2 alel dan masing-masing alel menghasilkan fenotif yang jelas
1.      Lesung dagu merupakan sifat dominan (D)
2.      Ujung daun telinga menggantung bebas merupakan sifat dominan (E)
3.      Orang meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ibu jari tangan kiri saat menjalinkan jari-jari tangan merupakan sifat dominan (F)
4.      Orang yang memiliki ruas jari kelingking paling ujung menyerong ke arah dalam merupakan sifat dominan (B)
5.      Rambut dahi menjorok merupakan sifat dominan (W)
6.      Tumbuhnya rambut pada kedua ruas dari jari tangan merupakan sifat dominan (M)
7.      Lesung pipi merupakn sifat dominan (P)
8.      Orang yang dapat menggulung lidahnya memanjang merupakan sifat dominan (L)
9.      Orang yang mempunyai gigi seri atas bercelah merupakan sifat dominan (G).
C.    Prosedur kerja
1.      Memeriksa fenotif dari setiap sifat baka yang ada pada daftar fenotif pada diri sendiri dengan bantuan teman kelompok, kemudian mencatatnya dalam table hasil pengamatan.
2.      Bila mempunyai fenotif yang dominan maka menulis kemungkinan genotifnya contonya XX / Xx atau YY / Yx.
3.      Secara bergantian melihat fenotif dari setiap sifat baka teman yang tadi.
4.      Mencatat data dari teman kelompok serta teman kelas.
5.      Menghitung persentase data gen dominan dan resesif.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Tabel 1.Data sifat baka pribadi
No.
Sifat Baka (Fenotif)
Genotif
1
Ada lesung dagu (D) tidak ada (d)

DD / Dd
2
Anak daun telinga menggantung (E) menempel (e)
EE / Ee
3
Ibu jari tangan kiri di atas (F) di bawah (f)

FF / Ff
4
Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam (B) tidak menyerong (b)
BB / Bb
5
Rambut dahi menjorok (W) tidak menjorok (w)
WW / Ww
6
Rambut pada jari (M) tidak ada rambut (m)
MM / Mm
7
Lesung pipi (P) tidak ada (p)
pp
8
Lidah dapat digulung memanjang (L) tidak dapat digulung (l)
LL/Ll
9
Gigi seri atas bercelah (G) gigi seri atas tidak bercelah
gg






Tabel 2. Data sifat baka kelompok
No.
Sifat Baka (Fenotif)
Genotif
Jumlah
1
Ada lesung dagu (D) tidak ada (d)

DD / Dd
3
dd
4
2
Anak daun teinga menggantung (E) menempel (e)
EE / Ee
6
dd
1
3
Ibu jari tangan kiri di atas (F) di bawah (f)

FF / Ff
6
ff
1
4
Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam (B) tidak menyerong (b)
BB / Bb
5
bb
2
5
Rambut dahi menjorok (W) tidak menjorok (w)
WW / Ww
1
ww
6
6
Rambut pada jari (M) tidak ada rambut (m)
MM / Mm
7
mm
0
7
Lesung pipi (P) tidak ada (p)
PP / Pp
5
pp
2
8
Lidah dapat digulung memanjang (L) tidak dapat digulung (l)
LL/Ll
4
pp
3
9
Gigi seri atas bercelah (G) gigi seri atas tidak bercelah
GG / Gg
5
gg
2

Tabel 3. Data sifat baka satu kelas
No.
Sifat Baka (Fenotif)
Genotif
Jumlah
1
Ada lesung dagu (D) tidak ada (d)

DD / Dd
5
dd
42
2
Anak daun teinga menggantung (E) menempel (e)
EE / Ee
27
dd
20
3
Ibu jari tangan kiri di atas (F) di bawah (f)

FF / Ff
32
ff
15
4
Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam (B) tidak menyerong (b)
BB / Bb
32
bb
15
5
Rambut dahi menjorok (W) tidak menjorok (w)
WW / Ww
6
ww
41
6
Rambut pada jari (M) tidak ada rambut (m)
MM / Mm
46
mm
1
7
Lesung pipi (P) tidak ada (p)
PP / Pp
14
pp
33
8
Lidah dapat digulung memanjang (L) tidak dapat digulung (l)
LL/Ll
24
pp
23
9
Gigi seri atas bercelah (G) gigi seri atas tidak bercelah
GG / Gg
8
gg
39

B.     Analisis Data
1.      Data pribadi

2.      Data kelompok
a.       Lesung dagu
b.      Anak daun telinga

c.       Ibu jari tangan
d.      Ruas jari kelingking
e.       Rambut dahi
f.       Rambut pada jari
g.      Lesung pipi
h.      Lidah menggulung
i.        Celah gigi seri atas
Frekuensi gen kelompok
3.      Data satu kelas
a.       Lesung dagu
b.      Anak daun telinga
c.       Ibu jari tangan
d.      Ruas jari kelingking
e.       Rambut dahi
f.       Rambut pada jari
g.      Lesung pipi
h.      Lidah menggulung
i.        Celah gigi seri atas
Frekuensi gen kelas
C.    Pembahasan
1.      Sifat baka diri sendiri
Berdasarkan hasil pengamatan untuk 9 sifat baka terdapat  7 gen yang dominan dan 2 gen yang resesif. Gen yang dominan yaitu lesung dagu, anak daun telinga yang menggantung, ibu jari tagan kiri diastase, ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam, rambut dahi yang menjorok, rambut pada jari, dan lidah dapat menggulung memanjang. Sedangkan fenotif yang resesif yaitu lesung pipi (pp) dan gigi seri atas yang tidak bercelah (gg).
2.      Sifat anggota kelompok dan kelas
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat dibuatkan tabel untuk membandingkan data kelompok dan data kelas. Berikut adalah tabelnya:
Tabel 4. Perbandingan alel dominan dan alel resesif
No.
Sifat Baka
Alel dominan : Resesif
kelompok
kelas
1
Ada lesung dagu
1 : 1,33
1 : 8,4
2
Anak daun telinga menggantung
6 : 1
1,35 : 1
3
Ibu jari tangan kiri diatas
6 : 1
2,13 : 1
4
Ruas jari kelingking menyerong ke dalam
2,5 : 1
2,13 : 1
5
Rambut dahi menjorok
1 : 6
1 : 6,8
6
Rambut pada jari
1 : 0
46 : 1
7
Lesung pipi
2,5 : 1
1 : 2,36
8
Lidah dapat digulung memanjang
1,33 : 1
1,04 : 1
9
Gigi seri atas bercelah
2,5 : 1
1 : 4,87
Perbandingan keseluruhan
2 : 1
1 : 1,18

Berdasarkan analisis data untuk kelompok kami, terlihat bahwa perbandingan antara alel dominan dan alel resesif secara keseluruhan adalah 2 : 1. Namun jika ditinjau dari sifat baka satu persatu maka ada beberapa perbandingan yang tidak sama, ini disebabkan karena jumlah anggota kelompok yang hanya sedikit. Sehingga untuk menentukan perbandingan ini kita tidak boleh menggunakan hanya 1 sifat baka tetapi beberapa sifat baka seperti yang telah dilakukan oleh Mendel.
Hasil ini pun sama dengan perkiraan Mendel, karena Mendel melalui eksperimennya menghasilkan ada 3 alel yaitu XX, Xx dan xx. Jadi terlihat bahwa pembawa gen dominan ada 2 sedangkan yang satu hanya resesif. Ini berbeda jika hasil dari anggota kelompo lain yang dilihat karena perbandingannya yaitu 1 : 1,18. Hasil ini mengejutkan karena yang dominan kalah oleh gen pembawa reseisf, hasil eksperimen kelas yang salah ini disebabkan oleh kelompok lain yang salah dalam melihat sifat baka yang sulit terlihat terutama pada lesung dagu, rambut dahi yang menjorok dan lesung pipi. Kesalahan ini disebabkan pula karena alel dominan heterozigot ini tidak agak samar. Namun yang terpenting kesalahan kelas ini kami tidak mengetahuinya karena kami tidak melakukan pengamatan secara terpisah.










BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara genotif tidak dapat dilakukan karena kita tidak mengetahui alel dominan yang heterozigot jadi kami hanya membandingkan antara fenotifnya. Hasil perbandingan antara fenotif yang dominan dan resesif yaitu  2:1, hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Mendel. Oleh mendel yang selanjutnya melihat perbandingan genotifnya yaitu 1:2:1.Genotif manusia yang dominan homozigot maupun heterozigot akan terlihat sebagai sifat baka yang dominan dan alel yang resesif terlihat sebagai sifat baka yang resesif juga. Namun jika data kelompok juga diikutkan maka hasilnya tidak sesuai perbandingannya yaitu 1 :1,18 ini disebabkan karena kesalahan dari kelompok lain. Namun yang terpenting juga,  tidak semua alel dominan adalah yang terbanyak dalam suatu populasi. Ada beberapa sifat dominan yang kurang dalam populasi manusia. Inilah yang disebut penyimpangan semu Hukum Mendel.
B.     Saran
1.      Untuk Praktikan, agar lebih teliti dalam melakukan eksperimen. Selain itu, memperhatikan asisten menjelaskan sifat baka sehingga data yang diambil adalah benar, ini terlihat dari data kelas yang salah.
2.      Untuk Asisten, agar memperhatikan kinerja praktikan saat membimbing, terutama asisten dari kelompok lain karena data dari praktikannya yang kurang tepat.
3.      Untuk Laboran dan penyusun penuntun biologi dasar agar memperbaiki prosedur kerja percobaan ini. Lebih baik setiap satu sifat baka diperiksa oleh satu orang asisten sehingga data yang diambil akurat, bukan setiap kelompok mengambil data sendir-sendiri karena adanya perbedaan melihat sifat baka terutama sifat baka yang tersembunyi.


DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2005. Biologi. Erlangga: Jakarta.
Campbell, Neil A. 2002. Biologi. Erlangga: Jakarta.
Fried, George H. 2003. BiologiI. Erlangga: Jakarta.
Kimball, John W. 1983. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Laboratorium Biologi FMIPA UNM. Makassar.




 LAMPIRAN
Pertanyaan dan jawaban
1.    Berapa frekuensi gen dominan dan resesif dalam kelas Anda?
Jawab: Perbandingan gen dominan dan resesif dalam satu kelas yaitu 1:1,18 atau 45,87% dan 54,13%. Untuk satu kelompok yaitu 66,66% berbanding 33,34% atau 2:1.
     

No comments:

Post a Comment